Selasa, 25 September 2012

keajaiban lailatul qadr

Mungkin baik untuk diketahui bahwa lailatul qadr bisa dilihat. Hal tersebut terjadi terhadap siapapun di antara hamba-hamba-Nya yang Allah kehendaki.
Lailatul qadr tersebut bisa dilihat dengan mata kepala, yaitu melalui tanda-tandanya, yang akan diterangkan nanti, insya Allah. Selain itu, lailatul qadr juga bisa dilihat di dalam mimpi sebagaimana yang dijelaskan dalam sejumlah hadits dan telah terkisahkan dalam sejarah hidup kaum salaf.
Dalam pembahasan sebelumnya, telah berlalu pula hadits Ibnu Umar radhiyallâhu ‘anhumâ bahwa beliau berkata, “Seorang lelaki melihat (dalam mimpi) bahwa lailatul qadr (turun) pada malam kedua puluh tujuh. Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam pun bersabda,
أَرَى رُؤْيَاكُمْ فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَاطْلُبُوهَا فِي الْوِتْرِ مِنْهَا
‘Saya melihat mimpi-mimpi kalian (bahwa lailatul qadr berada) pada sepuluh malam terakhir. Carilah (malam itu) pada malam-malam ganjil (di antara sepuluh malam) tersebut.’.”[1]
Juga dalam hadits Abu Hurairah radhiyallâhu ‘anhu bahwa Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أُرِيتُ لَيْلَةَ الْقَدْرِ ثُمَّ أَيْقَظَنِيْ بَعْضُ أَهْلِيْ فَنُسِّيتُهَا فَالْتَمِسُوهَا فِي الْعَشْرِ الْغَوَابِرِ
“Lailatul qadr telah diperlihatkan kepadaku, tetapi sebagian istriku membangunkanku maka saya pun dibuat lupa terhadap (malam) itu. Oleh karena itu, carilah (lailatul qadr) pada sepuluh malam yang tersisa.” [2]
Selain itu, dalam hadits lain, dari Abu Musa Al-Asy’ary radhiyallâhu ‘anhu, beliau berkata,
“Sesungguhnya Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf pada sepuluh malam pertama dari Ramadhan, kemudian beri’tikaf pada sepuluh malam pertengahan dari Ramadhan dalam sebuah kubah turkiyah, yang puncak (kubah) itu (tertutup) oleh tikar. Maka, Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam mengambil tikar itu dengan tangannya, kemudian menyingkirkan (tikar) itu ke sudut kubah. Lalu, beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam memunculkan kepalanya untuk berbicara kepada manusia sehingga mereka mendekat. Selanjutnya, beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنِّيْ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوَّلَ أَلْتَمِسُ هَذِهِ اللَّيْلَةَ ثُمَّ اعْتَكَفْتُ الْعَشْرَ الأَوْسَطَ ثُمَّ أُتِيتُ فَقِيلَ لِيْ إِنَّهَا فِي الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ أَحَبَّ مِنْكُمْ أَنْ يَعْتَكِفَ فَلْيَعْتَكِفْ
‘Sesungguhnya saya beri’tikaf pada sepuluh malam pertama (guna) mencari malam (Al-Qadr) ini. Kemudian, saya beri’tikaf pada sepuluh malam pertengahan, lalu saya tiba (pada akhir dari sepuluh malam tersebut) maka dikatakan kepadaku bahwa (lailatul qadr) itu berada pada sepuluh malam terakhir. Barangsiapa di antara kalian yang ingin beri’tikaf, silakan dia beri’tikaf.’
Oleh karena itu, manusia pun beri’tikaf bersama beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam.
Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَإِنِّيْ أُرِيتُهَا لَيْلَةَ وِتْرٍ وَأَنِّيْ أَسْجُدُ صَبِيحَتَهَا فِي طِينٍ وَمَاءٍ
‘Sesungguhnya, saya melihat (lailatul qadr) itu pada malam ganjil, dan sesungguhnya, pada pagi hari, saya sujud di tanah dan air.’
Oleh karena itu, pada pagi hari dari malam kedua puluh satu, beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam berdiri untuk mengerjakan shalat Shubuh, sementara langit telah menumpahkan hujan, yang membuat air hujan menetes dari atas masjid sehingga terlihatlah tanah dan air. Beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam keluar ketika selesai mengerjakan shalat Shubuh, sementara, pada dahi dan ujung hidung beliau shallallâhu ‘alaihi wa sallam, terdapat tanah dan air. Oleh karena itu, itu adalah malam kedua puluh satu dari sepuluh malam terakhir.”[3]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullâh berkata, “Terkadang Allah menyingkap (lailatul qadr) untuk sebagian manusia (ketika dia berada) dalam (keadaan) tertidur maupun terjaga sehingga dia melihat cahaya-cahaya (lailatul qadr) atau melihat orang yang berkata kepadanya, ‘Ini adalah lailatul qadr,’ dan terkadang (Allah) membuka hatinya dengan musyâhadah ‘penyaksian’ yang membuat perkara itu menjadi jelas.”[4]
Imam An-Nawawy rahimahullâh berkata, “Ketahuilah bahwa lailatul qadr bisa dilihat oleh siapapun di antara anak Adam yang Allah kehendaki pada setiap tahun pada (bulan) Ramadhan sebagaimana yang dijelaskan secara gamblang dalam hadits-hadits dan berita-berita orang-orang shalih. Penglihatan mereka terhadap lailatul qadr adalah lebih banyak daripada sesuatu yang bisa terbilang.”[5]
Ibnul Mulaqqin rahimahullâh berkata, “Yang ma’ruf adalah bahwa malam (Al-Qadr) ini bisa dilihat secara hakikat.”[6]
Adapun ucapan Al-Muhallab bin Abi Shufrah rahimahullâh bahwa lailatul qadr ini tidak mungkin dilihat secara hakiki, itu bukanlah ucapan yang bisa dijadikan sandaran.
Wallâhu A’lam.

 

Minggu, 09 September 2012

Bahaya Mid-brain (otak tengah)

Perdebatan mengenai otak tengah; perlu tidaknya otak tengah tersebut diaktifkan; terus terjadi. Masyarakat makin memahami pentingnya menyeimbangkan kedua belahan otak kanan dan kiri, karena masing-masing belahan tersebut memiliki beragam fungsi yang saling mengisi dalam perjalanan panjang kehidupan seorang manusia. Ironisnya seolah belum puas dengan kekayaan kedua belahan otak kita, sekelompok ilmuwan mulai mengotak-atik dan mencari bagian lain, yang dinamakan otak tengah. Mereka mencari tahu apakah dengan mengaktivasi otak tengah kecerdasan seseorang akan makin bertambah, atau mengubah mereka menjadi jenius, serta memiliki berbagai kecerdasan lain yang
supra-natural? Di kalangan medis otak tengah ini dikenal sebagai bagian dari otak manusia yang memiliki fungsi sangat vital, misalnya sebagai pusat pengendali jantung, pembuluh darah, pernafasan, * refleks-refleks, dan masih banyak lagi. Berbagai tulisan ilmiah mengenai otak tengah ini bisa kita baca dalam berbagai tulisan sepuluh tahun terakhir.
Sayangnya sampai hari ini belum ada satupun publikasi ilmiah yang berani menyatakan bahwa aktivasi otak tengah berhubungan dengan kecerdasan seseorang, apalagi membuat IQ seseorang meloncat jauh melebihi IQ manusia pada umumnya, atau dikenal dengan istilah jenius. Dahulu orang berpikir bahwa kecerdasan identik dengan IQ, meskipun mereka mengetahui dalam test IQ yang diukur hanyalah kecerdasan seseorang di bidang matematika, linguistik dan sedikit visuo-spatial.
Saat ini wawasan kita mulai terbuka, melalui hasil penelitian Prof Gardner di tahun 1980an diketahui bahwa ada delapan jenis kecerdasan yang berbeda yang bisa dimiliki oleh masing-masing kita dalam porsi yang berbeda. Masing-masing kecerdasan tersebut menempati area yang berbeda di sisi kiri dan kanan otak kita. Kecerdasan yang bervariasi ini disebut Kecerdasan Multipel (Multiple Intelligence).
Mengaktivasi Otak
Ada cukup banyak cara yang biasa dipakai untuk mengaktivasi otak, misalnya dengan alunan musik klasik (yang paling poluler karya-karya Mozart), lagu-lagu / instrumentalia tertentu, gerakan-gerakan tubuh, menciptakan suasana tertentu, bermain dengan angka-angka, menambahkan berbagai bahan chemical, dan masih banyak cara lainnya. Banyak institusi menawarkan berbagai pelatihan yang menjanjikan untuk meningkatkan IQ tersebut, dengan memasukkan berbagai metode yang diyakini dapat menghilangkan tekanan mental para peserta selanjutnya
mempermudah pengaktifan bagian-bagian tertentu otaknya.
Beberapa ilmuwan mencoba mempelajari tentang otak tengah / mid brain. Harapan mereka sesudah penemuan yang mencengangkan tentang kiri dan kanan, sekaranglah saatnya mengungkap fenomena tentang otak tengah. Metode yang digunakan bukan sekedar cara-cara klasik seperti yang kita kenal di atas, karena program neuro-linguistik (NLP) mereka
sisipkan demi sebuah proses aktivasi yang nantinya mengarah pada suatu keadaan extra sensory perception (ESP).
Suasana dibuat sedemikian rupa agar semua peserta yang ada di ruangan tersebut memasuki Alpha State, suatu fase dimana gelombang lambat di otak manusia, yang membuat seseorang mudah dipengaruhi dan diisi oleh berbagai hal oleh para instruktur. Metode yang cukup popular dikenal saat ini adalah BFR (blindfold reading).
Sebagai informasi, di Rusia diperlukan waktu satu tahun bagi seorang siswa untuk mampu melakukan aksi blindfold. Di Jepang, sedikitnya perlu waktu tiga bulan untuk melakukannya. Ajaibnya di Indonesia suatu perusahaan pelatihan menyatakan hanya perlu waktu 12 jam untuk membuat anak-anak jenius!
Aktivasi dianggap berhasil apabila mereka berhasil mengenali berbagai macam benda dan halangan di sekitarnya dalam keadaan mata ditutup. Dengan demikian anak-anak tersebut akan mampu membaca, menggambar, menghitung, berlari dan menghindari semua rintangan tanpa menggunakan indera penglihatan mereka yaitu mata. Bahkan mereka berani menjanjikan, anak-anak akan memiliki kemampuan tembus pandang, menyusun kartu remi secara urut tanpa melihat, dapat membaca suatu dokumen rahasia di balik tembok, menghitung uang yang ada dalam dompet di saku baju seseorang, merangkum seluruh isi textbook dalam waktu singkat, memprediksi hal-hal buruk yang bakal terjadi esok, bahkan membaca pikiran orang-orang yang ada disekelilingnya agar tak mudah tertipu. Hal itu bagi mereka dianggap sebagai talenta manusia baru di jaman modern ini, karena memiliki kecerdasan tersendiri (jenius) dengan
kemampuan extra sensory perception (ESP), sehingga nantinya kita tak lagi tertarik menonton acara pertandingan sulap The Master.
Pandangan di atas tentu tidak begitu saja dapat dibenarkan, karena secara medis kita bisa mengenali fungsi fisiologi seluruh organ dalam tubuh kita. Mengaktifkan dan menciptakan seseorang untuk memperoleh pengalaman extra sensory perception sudah jauh melenceng dari ranah medis fisiologis. Bahkan hal ini erat kaitannya dengan terjadinya berbagai gangguan mental pada manusia, yang salah satu gejalanya adalah mampu mendengar, melihat, merasakan dan membaca hal-hal yang tidak bisa didengar, dilihat, dirasakan dan dibaca oleh orang-orang sehat lainnya. Sebagai contoh pada kasus-kasus Skizofrenia pasien merasa yakin dengan kemampuannya membaca isi hati dan pikiran orang-orang lain di sekelilingnya, serta meyakini berbagai penglihatan dan pendengaran gaib yang bisa membuat orang lain berdiri bulu kuduknya.
Sampai hari ini belum ada satupun publikasi yang menyatakan bahwa otak tengah dapat diaktifkan untuk meningkatkan kecerdasan manusia, apalagi meng-upgrade nya menjadi jenius. Musa A. Haxiu & Bryan K. Yamamoto (2002) membuat suatu penelitian midbrain pada 24 ekor musang jantan. Hasilnya aktivasi midbrain di daerah periaquaductal gray (PAG) ternyata justru mengakibatkan otot-otot polos pernafasan menjadi relaksasi, sehingga mengganggu pernafasan
hewan-hewan tersebut. Ada beberapa tahapan yang harus dilewati oleh suatu lembaga yang memiliki ide penelitian sebelum dilemparkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan publik. Minimal telah melalui 10 tahun percobaan di laboratorium (in vivo), setelah lulus uji klinis, barulah diujikan pada hewan-hewan percobaan dengan evaluasi sekitar 10 tahun. Pada tahap ketiga barulah diujikan pada para relawan (biasanya mereka dibayar) dan kembali dilakukan evaluasi. Dengan demikian dibutuhkan waktu sekitar 30 tahun untuk membawa suatu metode baru yang aman dalam
masyarakat.
Menurut Peter D. Larsen, Sheng Zhong, dkk. (2001) ada beberapa hal yang berubah karena aktivasi midbrain, misalnya tekanan arteri utama (mean arterial pressure), aliran darah di ginjal (renal blood flow), aliran darah di daerah paha (femoral blood flow), persarafan daerah bawah jantung (Inferior cardiac), per-syaraf-an simpatis dan denyut jantung akan makin meningkat, sebaliknya tekanan darah justru turun, aktivitas persarafan di daerah tulang belakang juga turun.
Peningkatan tekanan arteri, aliran darah ginjal dan paha tersebut bisa mencapai 328%.
Target dan evaluasi pembuktian kejeniusan sesudah aktivasi otak tengah
Sesudah melalui program latihan ini anak-anak akan mempunyi kemampuan untuk melihat dengan sentuhan (skin vision). Sebagian anak lainnya yang telah teraktifasi otak tengahnya mampu melihat kartu secara detail dengan penciuman atau pendengarannya. Sebagian lainnya mengatakan mereka mampu melihat, menulis, membaca, dan mewarnai di dalam kegelapan total. Selain itu mereka juga akan memiliki Loving Inteligence. Mereka adalah individu yang seimbang dan mengasihi orang lain seperti sang pencipta.
Bagaimana dengan harapan orang-tua yang telah mengirim dan membayar biaya yang cukup tinggi demi mengikutkan anak-anak mereka dalam pelatihan ini? Setelah sekian bulan tentu saja para orang-tua berharap anak-anak mereka akan memiliki prestasi akademik yang lebih baik. Secara teoritis, nilai sekolah seharusnya meningkat, karena selepas aktifasi otak tengah tersebut, memori dan konsentrasi akan meningkat dan cukup banyak potensi penting dalam diri anak yang akan dibangkitkan. Namun kenyataannya tidaklah sesederhana itu karena peningkatan kemampuan akademis ternyata tidak sesederhana yang dibayangkan.
Penelitian Bjorn H. Schott, Constanze I Seidenbecher dkk. (2006) menyatakan bahwa pada manusia, memory seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, jadi tidak sama dengan binatang. Telah dilakukan pembuktian secara anatomi dan behavior dengan mempergunakan alat MRI, diperoleh hasil yang tidak signifikan. Yang membedakan memori adalah
faktor genetik (kromosome 17q11 dan 7q36), hal ini dikenal sebagai polymorphisme dopamine pada kromosom. Hal ini yang tentunya menimbulkan keprihatinan tersendiri bagi masyarakat, karena sebelumnya orang-tua begitu antusias mengharapkan anaknya akan berubah menjadi anak-anak yang jenius dan memiliki banyak kemampuan lebih sesudah mengikuti program pelatihan otak tengah ini, lagipula orang-tua telah mengeluarkan sejumlah besar biaya.
Menurut Bjorn H. Schott, Daniela B. Sellner dkk. (2004) terdapat hubungan erat antara formasi memori di hipokampus dan neuro-modulasi dopaminergik, terutama di Ventral Tegmental Area (VTA) dan medial Substansia Nigra midbrain. Teknik yang dipakai untuk mengaktivasi otak disesuaikan dengan lokasi, memakai kata-kata yang menyenangkan,
hitungan-hitungan silabus, dan sebagainya. Namun aktivasi tersebut tidak relevan dengan tugas-tugas yang harus dipelajari.
Tulisan Hugo D. Critchley, Peter Taggart dkk. (2005) membuat kita terperangah, karena ternyata induksi lateralisasi aktifitas midbrain dapat mengakibatkan mental stres, serta berbagai stres lain yang akan memicu gangguan irama jantung dan kematian mendadak (sudden death). Penyebabnya adalah karena tidak seimbangnya dorongan simpatetik persyarafan jantung.
Perlukah aktivasi otak tengah?
Orangtua perlu menghargai setiap talenta yang dimiliki anak-anaknya, karena pada dasarnya semua anak adalah cerdas. Kecerdasan ini tidak bisa disamakan dengan IQ, karena saat ini kita telah mengenal delapan macam kecerdasan, yang dikenal sebagai multiple intelligence yang ada dalam diri manusia. Mereka yang tidak bisa matematika dan IQ nya rendah bukan berarti tidak cerdas, karena mungkin saja mereka memiliki kecerdasan inter personal yang baik.
Suatu tantangan bagi para orangtua dan kita semua yang memiliki anak, mampukah kita menghasilkan anak-anak yang bukan sekedar CERDAS, tetapi juga BAIK dan BERMORAL? Cerdas bahkan genius saja belumlah cukup. Karena dengan kecerdasan saja tidak menjamin mereka membuat dunia ini menjadi lebih baik. Banyak orang-orang cerdas justru mencelakai orang lain, memanipulasi suatu keadaan demi keuntungan dirinya sendiri.
Mengapa dalam waktu 12 jam pelatihan atau satu setengah hari saja anak-anak tersebut bisa berubah? Salah satunya adalah kenyataan bahwa anak-anak dengan perilaku bermasalah sebenarnya membutuhkan perhatian dari orangtua mereka. Dalam program pelatihan midbrain tersebut semua orangtua diharapkan memperhatikan anaknya, mau melatih
kembali anak-anak tersebut di rumah, termasuk setelah latihan selesai. Yang terjadi di sini sebenarnya adalah anak-anak tersebut dilatih untuk peka terhadap berbagai bahaya dan rintangan yang ada di depan, serta ‘dipaksa untuk bersikap dan berperilaku lebih baik’ karena mereka telah diberikan teladan yang baik oleh orangtua dan orang-orang
dewasa di sekelilingnya.

Yang terjadi pada anak-anak tersebut sebenarnya bukan JENIUS (memiliki IQ yang sangat tinggi atau di atas 140), melainkan latihan untuk suatu kewaspadaan (AWARENESS) terhadap apapun yang ada di sekeliling mereka. Kondisi semacam ini perlu kita cermati lebih baik, mengingat kondisi awareness yang berlebihan akan membuat seseorang mengalami berbagai gangguan jiwa, dari gejala yang ringan berupa Gangguan Cemas Menyeluruh, sampai tipe berat berupa Gangguan Paranoid. Itulah sebabnya orangtua diminta waspada dan berhati-hati sebelum mengirim anak-anak mereka ke suatu institusi yang menawarkan sanggup mengubah anak-anak menjadi jenius dalam waktu singkat. Orangtua perlu menghargai setiap talenta yang dimiliki anak-anaknya, karena pada dasarnya semua anak adalah cerdas. Suatu tantangan bagi para orangtua dan kita semua yang memiliki anak, mampukah kita menghasilkan anak-anak yang bukan sekedar CERDAS, tetapi juga BAIK dan BERMORAL? Cerdas bahkan genius saja belumlah cukup. Karena dengan kecerdasan saja tidak menjamin mereka membuat dunia ini menjadi lebih baik. Banyak orang-orang cerdas justru mencelakai orang lain, memanipulasi suatu keadaan demi keuntungan dirinya sendiri.